Abstraksi
·
Berdasarkan
hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada
bulan Oktober 2015, NTP sebesar 96,72 mengalami peningkatan indeks sebesar 0,68 persen, hal ini dikarenakan indeks yang
diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,39 persen sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) menurun sebesar 0,28 persen.
·
Bila dirinci menurut subsektor, diketahui
bahwa terjadi peningkatan NTP pada 4 subsektor yaitu Tanaman Perkebunan Rakyat
sebesar 1,59 persen, Hortikultura sebesar 0,98 persen, Tanaman Pangan sebesar
0,84 persen, dan Perikanan sebesar 0,50 persen, sedangkan subsektor Peternakan
mengalami penurunan sebesar 1,03 persen.
·
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada
Oktober 2015 meningkat sebesar 0,39 persen dibandingkan It bulan sebelumnya.
Peningkatan It terjadi pada 4 subsektor yaitu Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar
1,40 persen, Hortikultura sebesar 0,71 persen, Tanaman Pangan sebesar 0,42
persen, dan Perikanan sebesar 0,25 persen, sedangkan subsektor Peternakan
mengalami penurunan sebesar 1,22 persen
Pada bulan Oktober 2015 di Provinsi Aceh, Indeks Harga yang Dibayar
Petani (Ib) menurun sebesar 0,28 persen bila dibandingkan dengan bulan
sebelumnya, yaitu dari 118,75 menjadi 118,42. Penurunan Ib terjadi pada seluruh
subsektor, yaitu Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,19 persen, Peternakan
sebesar 0,19 persen, Perikanan sebesar 0,24 persen, Hortikultura sebesar 0,27
persen, dan subsektor Tanaman Pangan sebesar 1,22 persen.
·
Dari 33 Provinsi yang dilaporkan perubahan NTP
Oktober 2015 terhadap bulan sebelumnya, terdapat 22 Provinsi yang mengalami
peningkatan sedangkan 11 Provinsi mengalami penurunan. Provinsi yang mengalami
peningkatan tertinggi berturut-turut adalah Bengkulu sebesar 1,31 persen,
diikuti Banten sebesar 1,18 persen, dan NTB sebesar 1,13 persen. Sedangkan
Provinsi yang mengalami penurunan tertinggi terjadi di Kepulauan Riau sebesar 1,13
persen, Papua Barat sebesar 1,03 persen, dan Bangka Belitung sebesar 0,78
persen.
·
Berdasarkan pemantauan harga-harga kebutuhan
rumahtangga di beberapa daerah pedesaan di Provinsi Aceh pada bulan Oktober 2015 terjadi Deflasi di
pedesaan sebesar 0,39 persen
yaitu terjadi perubahan indeks konsumsi rumahtangga dari 120,69 pada bulan September 2015 menjadi 120,22 pada bulan Oktober 2015.
·
Deflasi di Pedesaan yang terjadi di wilayah
Provinsi Aceh pada bulan Oktober 2015 disebabkan oleh turunnya kelompok Bahan
Makanan turun sebesar 1,16 persen, diikuti sandang sebesar 0,02 persen,
sedangkan indeks Kelompok Kesehatan terjadi kenaikan sebesar 0,49 persen, Makanan Jadi, Minuman, Rokok,
dan Tembakau sebesar 0,41 persen, Transportasi dan Komunikasi sebesar 0,31 persen,
Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga sebesar 0,09 persen, Perumahan sebesar 0,07
persen.
Dari 10 Provinsi di
Sumatera yang dilaporkan pada bulan Oktober 2015, 8 Provinsi mengalami Deflasi
dan 2 Provinsi mengalami Inflasi. Provinsi yang mengalami Deflasi tertinggi
yaitu Bangka Belitung sebesar 0,81 persen, diikuti Sumatera Selatan 0,51 persen
dan Aceh sebesar 0,39 persen Sedangkan Provinsi yang mengalami inflasi
adalah Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,20 persen dan Bengkulu sebesar
0,14 persen.
·
Selama Oktober 2015, Di tingkat petani, terjadi peningkatan rata-rata harga gabah kualitas
GKP sebesar 1,47 persen
sedangkan kualitas GKR turun sebesar 1,49 persen.
Sejalan dengan harga gabah di tingkat petani, pada bulan Oktober 2015 harga gabah di tingkat penggilingan,
juga terjadi peningkatan rata-rata
harga gabah kualitas GKP sebesar 1,45
persen sedangkan kualitas GKR turun sebesar 1,33 persen.
·
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga
gabah kualitas GKP di tingkat petani selama Oktober 2015 naik sebesar Rp 68,8 per kg menjadi 4.735,5
per kg. Sedangkan harga kualitas GKR di Petani mencapai Rp. 4.467,5 per Kg.